Rabu, 28 Desember 2016

KUE KERANJANG (年糕)

klik disini untuk menuju powerpoint

Kue keranjang (ada yang menyebutnya kue ranjang) yang disebut juga sebagai Nian Gao (年糕) atau dalam dialek hokkian Ti Kwe (甜棵)[1], yang mendapat nama dari wadah cetaknya yang berbentuk keranjang, adalah kue yang terbuat dari tepung ketan dan gula, serta mempunyai tekstur yang kenyal dan lengket.[ Kue ini merupakan salah satu kue khas atau wajib perayaan tahun baru imlek

Dipercaya pada awalnya kue, ini ditujukan sebagai hidangan untuk menyenangkan dewa Tungku (竈君公 Cau Kun Kong) agar membawa laporan yang menyenangkan kepada raja Surga (玉皇上帝 Giok Hong Siang Te). Selain itu, bentuknya yang bulat bermakna agar keluarga yang merayakan Imlek tersebut dapat terus bersatu, rukun dan bulat tekad dalam menghadapi tahun yang akan datang.

NOVEL ONLY A GIRL

klik disini untuk lihat powerpoint

Only A Girl - Menantang Phoenix adalah buku fiksi yang kaya akan detil, mengangkat nilai budaya serta memberikan pembelajaran bagi para penulis dan juga pembaca. Yang paling kami sukai adalah bahwa buku Only A Girl - Menantang Phoenix merupakan buku yang penuh ketulusan, jujur dan original.

Senin, 12 Desember 2016

Visitasi Museum Sumpah Pemuda

klik di sini untuk menuju ppt

klik di sini untuk menuju foto

Pertanyaan yang diterima kelompok hogiaklang

1.       Apa nama organisasi yang dibentuk oleh para pemuda dan apa nama organisasi yang diikut sertakan oleh orang” tionghua tersebut ? (Jerfi Nardi)

Jawab :
Nama organisasi nya adalah PPPI (Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia). Dan diorganisasi itu lah terdapat orang” keturunan tionghua yaitu:
-          John Lauw Tjoan Hok
-          Kwee Thiam Hong
-          Oey Kay Siang
-          Saerun (Keng Po)
-          Tjio Djien Kwie

2.       Siapa saja nama patung-patung yang ada di museum sumpah pemuda ? (Refin)

Jawab:
3 patung yang ada di teras depan itu ada Amir Sjarifuddin, Muhammad Yamin, dan Assaat dt Moeda. Lalu yang di ruang kongres pemuda II ada patung W.R Supratman dan jajaran panitia kongres. Sisanya hanya patung biasa, hanya untuk memamerkan pakaian dan alat” pada zaman itu. Disini tidak ada patung dari pemuda” tionghua.

3.       Kenapa orang tionghua yang ikut serta dalam kongres tersebut tidak pernah terdengar namanya atau di publikasikan ? (Kenny)

Jawab:

Mungkin karena jumlah pemuda tionghua yang ikut hanya 5 orang dan mereka juga tidak terlalu berdampak besar dalam organisasi tersebut (mungkin). Jadi nama mereka tidak pernah terdengar bahwa ada orang keturunan tionghua yang ikut serta dalam kongres/organisasi pemuda zaman itu.

Review buku Arsitektur tradisional Tionghoa


REVIEW BUKU MENGENAI ARSITEKTUR TRADISIOLNAL TIONGHOA



Judul Buku                  : ARSITEKTUR TRADISIONAL TIONGHOA DAN PERKEMBANGAN KOTA

Penulis                         : Pratiwo

ISBN                           : 978 – 602 – 8335 – 34 – 8

Penerbit                       : Ombak

Editor                          : M. Nazir S

Sampul dan Layout     : Dian Qamajaya

Tahun Terbit                : 2010

Harga                          : Rp. 100.000,-

Tebal Buku                  : 16 x 24 cm

Isi                                :
            Buku ini menjelaskan mengenai arsitektur tionghoa dan perkembangan kota di pulau Jawa, Indonesia. Dalam buku ini, diberikan juga penjelasan rinci bagaimana proses perubahan yang terjadi, dengan dibuktikannya arsitektur tionghoa yang terdapat di dalamnya. Proses perubahan ini lah yang sudah banyak di lupakan oleh masyarakat Indonesia. Oleh sebab itulah penulis buku ingin memberitahukan bagaimana sejarah dari arsitektur yang ada di Indonesia dengan adat Tionghoa yang ada sejak dahulu.
            Setiap karya tulis yang telah dibuat pastilah memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu terkadang penulis meminta para pembaca untuk mengirimkan kritik dan saran melalui email yang telah mereka cantumkan. Kelebihan dari buku ini adalah pemberian informasi yang sangat rinci mengenai bangunan-bangunan yang ada, serta perubahan-perubahannya. Buku ini dipenuhi banyak ilustrasi-ilustrasi sketsa tangan yang membuatnya terlihat menjadi lebih menarik dan unik. Penulis juga membandingkan beberapa perkembangan kota ada di pulau Jawa, sehingga para pembaca seakan diajak berkeliling untuk mengetahui sejarah yang ada di tempat lain.
            Kekurangan dari buku ini adalah bahasa yang digunakan lumayan rumit dan sulit diterima oleh beberapa orang yang kurang memahami tentang arsitektur maupun yang lainnya. Menurut kelompok kami, buku ini memberikan banyak pengetahuan mengenai sejarah perkembangan dan perubahan yang terjadi di kota-kota sekitar pulau Jawa. Buku ini sangat menarik untuk di teliti dan di pelajari lebih lanjut apabila kita dapat meneliti langsung tempat-tempat tersebut. Juga dari buku ini kita dapat lebih mengenal kehidupan etnis Tionghoa di pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah. Akan tetapi, apabila buku ini ingin dibaca dan di pahami oleh semua orang, sebaiknya gunakanlah bahasa yang lebih mudah untuk di mengerti.